Manusia adalah mahkluk Tuhan paling sempurna. Dengan
kemampuan bernalarnya, manusia dapat berpikir untuk menarik kesimpulan atau menyusun pernyataan
baru dari beberapa premis yang sudah diketahui atau dianggap benar. Dikenal dua
macam penalaran yaitu penalaran induktif atau
induksi dan penalaran deduktif
atau deduksi.
Induksi merupakan proses berpikir di mana kita menyimpulkan bahwa
apa yang kita ketahui benar untuk kasus-kasus khusus, juga akan benar untuk semua kasus yang
serupa dengan yang tersebut tadi untuk hal-hal tertentu. Dari pengalaman bahwa
setiap kali menjumlahkan dua bilangan negative yang selalu menghasilkan
bilangan negatif juga, maka dibuatlah suatu pernyataan baru yang bersifat umum yaitu hasil penjumlahan setiap
dua bilangan negatif adalah bilangan negatif juga.
Jika suatu pernyataan atau proposisi dilambangkan dengan kalimat yang memiliki nilai benar saja atau salah saja, maka istilah sahih
atau tidak sahih berkait dengan penalaran reasoning ataupun argumen. Contoh suatu pernyataan adalah: “Surabaya ibukota propinsi Jawa Timur". Dengan demikian jelaslah bahwa penalaran merupakan
kegiatan, proses atau aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat
suatu pernyataan baru berdasar pada beberapa pernyataan yang diketahui benar ataupun yang dianggap benar. Pernyataan yang diketahui atau dianggap benar yang menjadi dasar penarikan suatu kesimpulan
inilah yang disebut dengan antesedens atau premis. Sedang hasilnya, suatu pernyataan baru yang merupakan kesimpulan disebut dengan konsekuens atau konklusi.
- Penalaran Deduktif
Jika setiap siswa di suatu kelas diminta membuat lingkaran lalu
mereka diminta membuat sudut pusat dan sudut keliling yang menghadap
busur yang sama, dan setelah itu mereka diminta mengukur besar kedua
sudut dengan tepat, maka akan didapat besar sudut pusat tersebut adalah
dua kali besar sudut kelilingnya. Pernyataan itu bernilai benar secara induktif, karena kita telah membuat bentuk umum (general) dari beberapa kasus khusus. Pertanyaan yang dapat diajukan adalah Yakinkah Anda dengan kesimpulan itu? Untuk meyakinkan kebenaran teorema tersebut, penarikan kesimpulan berdasar penalaran induktif saja tidaklah cukup.
Perhatikan contoh berikut:.
(1) Rumah Amin terletak di sebelah barat rumah Akbar
(2) Rumah Akbar terletak di sebelah barat rumah Abdur
------------------------------------------------------------------------
Jadi, rumah Amin terletak di sebelah barat rumah Abdur (3)
Perhatikan pernyataan 1 dan 2 yang disebut premis dan menjadi dasar penarikan kesimpulan (yaitu pernyataan 3). Apa yang menarik dari pernyataan 1, 2, dan 3 di atas? Jika digambarkan, akan didapat diagram berikut.
- Pengertian Berfikir Deduktif
Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum, lawannya induksi ( W.J.S.Poerwadarminta, 2006:273).
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. (Jujun.S.Suriasumantri, 2006:48-49).
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Pada induksi kita berjalan dari bukti naik ke undang. Pada cara deduksi adalah sebaliknya. Kita berjalan dari Undang ke bukti. Kalau kita bertemu kecocokan antara undang dan bukti, maka barulah kita bisa bilang, bahwa undang itu benar.
Jenis penalaran deduksi yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu :
- Silogisme Kategorial;
- Silogisme Hipotesis;
- Silogisme Akternatif;
- Entimen.
(Filsafat Ilmu.hal 48-49 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar